Jumat, 13 Januari 2017

JP Morgan Korban Tangan Besi Sri Mulyani

Berita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.


JP Morgan Korban Tangan Besi Sri Mulyani

JAKARTA, DETIK.com
MULAI  per-1 Januari 2017, Indonesia memutuskan segala bentuk kerjasama dengan lembaga keuangan JP Morgan. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengkaji dan menilai jika lembaga keuangan asal Paman Sam tersebut dinilai tidak kredibel lagi.
Pangkal pemutusan kerja sama itu berawal pada riset yang dikeluarkan JP Morgan pada 13 November 2016 yang dianggap tidak kredibel. “Di dalam assessment kami, hasil riset tersebut sangat dipertanyakan karena kelihatannya dilakukan tidak berdasar penilaian yang akurat dan kredibel,” papar Robert Pakpahan, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan.
Dalam riset yang bertajuk “Trump Forces Tactical Changes” itu, JP Morgan menulis bahwa terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat menimbulkan gejolak terhadap pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Ujung dari semua itu adalah penurunan peringkat surat utang Indonesia dua level sekaligus, dari posisi overweight menjadi underweight.
Penurunan peringkat itu dinilai berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan kita lantaran posisi underweight sama dengan merekomendasikan untuk menjual surat-surat utang yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia. Bayangkan, kalau kemudian rekomendasi itu dilakukan oleh para investor asing yang memegang surat utang Indonesia? “Riset yang di keluarkan JP Morgan ada peluang untuk memicu kepanikan,” kata Beben Feri Wibowo, Senior Research Analyst Pasardana.id.

Analisis :
Kinerja bisnis tidak hanya diukur dari kinerja manajerial / finansial saja tetapi juga berkaitan dengan komitmen moral, integritas moral, pelayanan, jaminan mutu dan tanggung jawab sosial. Dengan persaingan yang ketat, pelaku bisnis sadar bahwa konsumen adalah raja sehingga perusahaan harus bisa merebut dan mempertahankan kepercayaan konsumen.
Pada kasus diatas, JP Morgan dianggap tidak menguntungkan pemerintah Indonesia karena JP Morgan menurunkan rekomendasi investasi di Indonesia dari overweight menjadi underweight yang dianggap kementerian keuangan berpotensi menimbulkan kesalahpahaman yang dapat mengganggu ekonomi Indonesia yang sedang berjuang untuk tumbuh di tengah pelemahan ekonomi global.

MORAL DAN ETIKA DALAM DUNIA BISNIS
Moral Dalam Dunia Bisnis

Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang sangat penting. Pada kasus diatas, kasus JPMorgan menunjukkan aspek buruk agresifnya pihak luar melemahkan stabilitas keuangan dan mengambil untung dari situasi tersebut.
Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan agama dan  kebudayaan. Dalam kehidupan sehari – hari, moral moral digunakan sebagai alat untuk mendorong melakuka kebaikan dalam berprilaku. Begitu  juga halnya dalam dunia bisnis. Sebagai bagian dari aktifitas , tentunya moral sangat dibutuhkan dalam  berbisnis. Moral yang baik dalam berbisnis tentunya juga akan memberikan dampak yang baik untuk perkembangan bisnis tersebut  serta dapat menjalin relasi yang baik juga. Moral lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui ajaran agama dan budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan hubungan dengan orang sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan bisnisnya pada agama akan memiliki moral yang terpuji dalam melakukan bisnis. Berdasarkan ini sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan bisa ditentukan dalam bentuk suatu peraturan (rule) yang ditetapkan oleh pihak-pihak tertentu. Moral harus tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan ajaran agama yang dianut budaya dan dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi moral dalam kehidupan sehari – hari misalnya adalah kejujuran. Apabila sebuah bisnis dilandasi dengan kejujuran dalam setiap transaksi dan pengambilan keputusan,maka akan memberikan kepuasan bagi kedua pihak yang saling terkait.

Etika Dalam Dunia Bisnis

Etika digunakan sebagai rambu – rambu atau patokan berprilaku. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Jika ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam perekonomian.

Kasus Pelanggaran Etika Bisnis
Analisis Permasalahan
Sebuah bank milik asing mendadak menjadi perhatian publik saat surat Kementerian Keuangan tersebar. Dalam surat tersebut, pemerintah memutuskan untuk mengakhiri segala kerja sama dengan bank JP Morgan terhitung mulai awal Januari 2017. Awalnya, kerja sama yang diputus ini berkaitan dengan penunjukan JP Morgan sebagai bank persepsi alias bank penerima dana pengam-punan pajak. Kasus berlanjut, dan ternyata imbas pemutusan kerja sama itu menyangkut pencabutan hak JP Morgan sebagai penjual surat utang Indonesia. JP Morgan mendapat pukulan yang lumayan keras pada awal tahun ini. Isi surat Kementerian Keuangan memang awalnya tidak terlalu jelas. Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa pemutusan kerja sama dilakukan karena JP Morgan menjadi an-caman bagi stabilitas sistem keuangan. Setelah ditelusuri, ternyata sikap Kementerian Keuangan ini ada kaitannya dengan hasil riset independen yang dilakukan JP Morgan pada November 2016.

Penyelesaian Masalah yang dilakukan JP Morgan Chase Bank

Dilansir dari laman Reuters, Rabu 4 Januari 2017, seorang juru bicara JPMorgan menyatakan, pihaknya masih akan tetap berbisnis di Indonesia seperti biasa. Langkah yang diambil pemerintah Indonesia, berdampak minimal pada kliennya.
Kemudian, atas masalah ini, JPMorgan berdasarkan juru bicaranya akan tetap terus bekerja sama dengan Kementerian Keuangan untuk menyelesaikan masalah ini. "Dampak ke klien kami minimal dan kami akan berkerja dengan Kementerian Keuangan untuk selesaikan masalah ini," katanya di dalam sebuah email, Selasa waktu New York.

Kesimpulan :
Dari Pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Kemenkeu memutus hubungan kemitraan dengan JP Morgan terkait dengan hasil riset JP Morgan Chase Bank yang dinilai berpotensi menciptakan gangguan stabilitas sistem keuangan nasional. JPMorgan memangkas peringkat surat utang atau obligasi Indonesia dari overweight menjadi underweight atau turun dua peringkat. Indonesia bahkan dianggap lebih buruk dari Brasil yang hanya turun 1 peringkat dari Overweight menjadi Neutral, padahal brasil sedang dalam masa resesi. Atas peringkat Indonesia yang turun drastis, maka JPMorgan menyarankan agar investor untuk berpikir membeli surat utang dari negara lain yang lebih baik. Sri Mulyani melihat riset yang dikeluarkan oleh JPMorgan tidak berlandaskan indikator yang tepat dan dapat mengurangi minat para investor terhadap Indonesia. Riset tersebut kemudian direspons oleh Sri Mulyani lewat surat Menteri Keuangan Nomor S-1006/MK.08/2016 tanggal 17 November 2016. Dalam surat itu, Sri Mulyani menyatakan, riset berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan nasional dan mengakhiri segala bentuk kemitraan dengan JPMorgan dalam bentuk segala aspek. Sebenarnya, menghilangnya peranan JPMorgan dari dunia ekonomi Indonesia tidak terlalu berdampak terhadap transaksi pasar di bursa. Namun, dengan melepaskan hubungan dengan JPMorgan, Indonesia mempertegas bahwa sekali pun dinilai jelek oleh lembaga riset kelas dunia sekalipun, Indonesia tetap mampu untuk terus menjaga kestabilan dan pertumbuhan ekonominya. Hal ini justru dipandang secara positif bagi pelaku pasar dalam negeri, dan tidak memberi pengaruh negatif untuk Indonesia.


Sumber :

 

Eka septiani Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos