Berita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan
nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan
tidak ada unsur kesengajaan.
JP
Morgan Korban Tangan Besi Sri Mulyani
JAKARTA, DETIK.com
MULAI per-1 Januari 2017, Indonesia memutuskan
segala bentuk kerjasama dengan lembaga keuangan JP Morgan. Menteri Keuangan Sri
Mulyani mengkaji dan menilai jika lembaga keuangan asal Paman Sam tersebut
dinilai tidak kredibel lagi.
Pangkal pemutusan kerja sama itu berawal pada riset
yang dikeluarkan JP Morgan pada 13 November 2016 yang dianggap tidak kredibel.
“Di dalam assessment kami, hasil riset tersebut sangat dipertanyakan karena
kelihatannya dilakukan tidak berdasar penilaian yang akurat dan kredibel,”
papar Robert Pakpahan, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Kementerian Keuangan.
Dalam riset yang bertajuk “Trump Forces Tactical
Changes” itu, JP Morgan menulis bahwa terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden
Amerika Serikat menimbulkan gejolak terhadap pasar keuangan global, termasuk
Indonesia. Ujung dari semua itu adalah penurunan peringkat surat utang
Indonesia dua level sekaligus, dari posisi overweight menjadi underweight.
Penurunan peringkat itu dinilai berpotensi
mengganggu stabilitas sistem keuangan kita lantaran posisi underweight sama
dengan merekomendasikan untuk menjual surat-surat utang yang diterbitkan oleh
Pemerintah Indonesia. Bayangkan, kalau kemudian rekomendasi itu dilakukan oleh
para investor asing yang memegang surat utang Indonesia? “Riset yang di keluarkan
JP Morgan ada peluang untuk memicu kepanikan,” kata Beben Feri Wibowo, Senior
Research Analyst Pasardana.id.
Analisis
:
Kinerja bisnis tidak hanya diukur dari kinerja
manajerial / finansial saja tetapi juga berkaitan dengan komitmen moral,
integritas moral, pelayanan, jaminan mutu dan tanggung jawab sosial. Dengan persaingan yang
ketat, pelaku bisnis sadar bahwa konsumen adalah raja sehingga perusahaan harus
bisa merebut dan mempertahankan kepercayaan konsumen.
Pada kasus diatas, JP Morgan dianggap tidak
menguntungkan pemerintah Indonesia karena JP Morgan menurunkan rekomendasi
investasi di Indonesia dari overweight menjadi underweight yang dianggap
kementerian keuangan berpotensi menimbulkan kesalahpahaman yang dapat
mengganggu ekonomi Indonesia yang sedang berjuang untuk tumbuh di tengah
pelemahan ekonomi global.
MORAL
DAN ETIKA DALAM DUNIA BISNIS
Moral
Dalam Dunia Bisnis
Moralitas
berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya
diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan
dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang
perilaku manusia yang sangat penting. Pada kasus diatas, kasus JPMorgan
menunjukkan aspek buruk agresifnya pihak luar melemahkan stabilitas keuangan dan
mengambil untung dari situasi tersebut.
Berbicara
tentang moral sangat erat kaitannya dengan agama dan kebudayaan. Dalam
kehidupan sehari – hari, moral moral digunakan sebagai alat untuk mendorong
melakuka kebaikan dalam berprilaku. Begitu juga halnya dalam dunia
bisnis. Sebagai bagian dari aktifitas , tentunya moral sangat dibutuhkan
dalam berbisnis. Moral yang baik dalam berbisnis tentunya juga akan
memberikan dampak yang baik untuk perkembangan bisnis tersebut serta
dapat menjalin relasi yang baik juga. Moral lahir dari orang yang memiliki dan
mengetahui ajaran agama dan budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam
melakukan hubungan dengan orang sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang
mendasarkan bisnisnya pada agama akan memiliki moral yang terpuji dalam
melakukan bisnis. Berdasarkan ini sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan
bisa ditentukan dalam bentuk suatu peraturan (rule) yang ditetapkan oleh
pihak-pihak tertentu. Moral harus tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan
ajaran agama yang dianut budaya dan dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Aplikasi moral dalam kehidupan sehari – hari misalnya
adalah kejujuran. Apabila sebuah bisnis dilandasi dengan kejujuran dalam setiap
transaksi dan pengambilan keputusan,maka akan memberikan kepuasan bagi kedua
pihak yang saling terkait.
Etika
Dalam Dunia Bisnis
Etika digunakan sebagai rambu – rambu atau patokan
berprilaku. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika
(patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan
serasi. Jika ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya
etika moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi
tidak akan pernah bisa diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika
didalam berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak
lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada suatu
aturan yang tidak merugikan siapapun dalam perekonomian.
Kasus
Pelanggaran Etika Bisnis
Analisis
Permasalahan
Sebuah bank milik asing mendadak menjadi perhatian
publik saat surat Kementerian Keuangan tersebar. Dalam surat tersebut,
pemerintah memutuskan untuk mengakhiri segala kerja sama dengan bank JP Morgan
terhitung mulai awal Januari 2017. Awalnya, kerja sama yang diputus ini
berkaitan dengan penunjukan JP Morgan sebagai bank persepsi alias bank penerima
dana pengam-punan pajak. Kasus berlanjut, dan ternyata imbas pemutusan kerja
sama itu menyangkut pencabutan hak JP Morgan sebagai penjual surat utang
Indonesia. JP Morgan mendapat pukulan yang lumayan keras pada awal tahun ini.
Isi surat Kementerian Keuangan memang awalnya tidak terlalu jelas. Dalam surat
tersebut dinyatakan bahwa pemutusan kerja sama dilakukan karena JP Morgan
menjadi an-caman bagi stabilitas sistem keuangan. Setelah ditelusuri, ternyata
sikap Kementerian Keuangan ini ada kaitannya dengan hasil riset independen yang
dilakukan JP Morgan pada November 2016.
Penyelesaian
Masalah yang dilakukan JP Morgan Chase Bank
Dilansir dari laman Reuters, Rabu 4 Januari 2017,
seorang juru bicara JPMorgan menyatakan, pihaknya masih akan tetap berbisnis di
Indonesia seperti biasa. Langkah yang diambil pemerintah Indonesia, berdampak
minimal pada kliennya.
Kemudian, atas masalah ini, JPMorgan berdasarkan
juru bicaranya akan tetap terus bekerja sama dengan Kementerian Keuangan untuk
menyelesaikan masalah ini. "Dampak ke klien kami minimal dan kami akan
berkerja dengan Kementerian Keuangan untuk selesaikan masalah ini,"
katanya di dalam sebuah email, Selasa waktu New York.
Kesimpulan
:
Dari Pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
Kemenkeu memutus hubungan kemitraan dengan JP Morgan terkait dengan hasil riset
JP Morgan Chase Bank yang dinilai berpotensi menciptakan gangguan stabilitas
sistem keuangan nasional. JPMorgan memangkas peringkat surat utang atau
obligasi Indonesia dari overweight menjadi underweight atau turun dua
peringkat. Indonesia bahkan dianggap lebih buruk dari Brasil yang hanya turun 1
peringkat dari Overweight menjadi Neutral, padahal brasil sedang dalam masa
resesi. Atas peringkat Indonesia yang turun drastis, maka JPMorgan menyarankan
agar investor untuk berpikir membeli surat utang dari negara lain yang lebih
baik. Sri Mulyani melihat riset yang dikeluarkan oleh JPMorgan tidak
berlandaskan indikator yang tepat dan dapat mengurangi minat para investor
terhadap Indonesia. Riset tersebut kemudian direspons oleh Sri Mulyani lewat
surat Menteri Keuangan Nomor S-1006/MK.08/2016 tanggal 17 November 2016. Dalam
surat itu, Sri Mulyani menyatakan, riset berpotensi mengganggu stabilitas
sistem keuangan nasional dan mengakhiri segala bentuk kemitraan dengan JPMorgan
dalam bentuk segala aspek. Sebenarnya, menghilangnya peranan JPMorgan dari
dunia ekonomi Indonesia tidak terlalu berdampak terhadap transaksi pasar di
bursa. Namun, dengan melepaskan hubungan dengan JPMorgan, Indonesia mempertegas
bahwa sekali pun dinilai jelek oleh lembaga riset kelas dunia sekalipun,
Indonesia tetap mampu untuk terus menjaga kestabilan dan pertumbuhan ekonominya.
Hal ini justru dipandang secara positif bagi pelaku pasar dalam negeri, dan
tidak memberi pengaruh negatif untuk Indonesia.
Sumber
: